Cahaya Kehidupan

Yang Menerangi Pikiran, Jiwa dan Perasaan

Kemah Ukhuwah JSIT se-Jatim

Published by Ismailovic under , on Minggu, Januari 01, 2012

Ditengah-tengah libur panjang kali ini, tepatnya tanggal 29-31 Desember 2011, aku dan teman-teman sesekolah pergi ke Wanawisata Sumberboto Jombang. Disitu, kami mengikuti kegiatan kemah wilayah pramuka JSIT se-Jatim. Disana, kami bertemu perwakilan sekolah lain dari jenjang SMP/SD. Total peserta kemah tersebut adalah 1050 manusia. Tidak seperti sekolah lain yang hanya perwakilan, Darul Fikri membawa semua muridnya yang kelas tujuh ataupun delapan (yang kelas sembilan belum ada, maklum, sekolah baru).

Meskipun sedikit mengusik waktu liburan, kami tetap berangkat dengan semangat dan sukacita. Pukul 6 pagi tanggal 29, kami tancap gas dengan 5 truk TNI AL. Ditruk, kami sibuk ngobrol, nyanyi, dan dengan khusyuknya tidur. Tak terasa, kamipun sampai di Sumberboto. Tanpa membuang waktu, kami langsung mendirikan tenda.

Kepala sekolahku dipilih menjadi ketua panitia kemah, oleh karenanya, yang menjadi petugas upacara pembukaan dan penutupan adalah teman-temanku dari Darul Fikri. Aku kagum melihat Amru, teman sekelasku asal Kalimantan yang jadi pemimpin upacara saat teriak “siaap grak!!”

Setelah upacara, aku dan kelompokku makan siang, menunya simple, mie rebus. Suasana sejuk menemani acara makan siang kami. Sehabis makan, kami istirahat dengan tidur-tiduran di tenda.

Saat kemah, aku mendapatkan kelompok yang banyak ketawa, sedikit gak niat, dan suka tidur. Meski begitu, kelompok kami tetap kompak dan lumayan rapi.

Bagian terseru yang kulalui bersama kelompokku adalah ketika hari kedua menjelang maghrib, waktu itu hujan turun sedikit deras, kami pun berteduh ditenda, ternyata airnya merembes hingga masuk membasahi kami. Bau apek dan tenda yang basah benar-benar menyusahkan. Kamipun mengambil cara yang simple, tidur. Aku heran kepada teman-temanku, bisa-bisanya tidur dikeadaan banjir seperti ini. Lama-lama, aku pun tertidur juga. Satu yang dapat kuambil peajaran : selain “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit” ada juga “setetes demi setetes, lama-lama menjadi banjir”.ha ha ha.

Kami terbangun sekitar jam 7 malam. Hujan sudah reda. Kami pun segera mangambil air wudhu karena belum sholat maghrib dan isya’. Sehabis sholat, ada kegiatan nonton bareng. Tapi, dikarenakan hujan yang turun barusan, lapangan tempat berlangsungnya acara menjadi becek dan berlumpur. Panitianya pun sedang sibuk membantu mengungsikan peserta yang tendanya banjir. Sepertinya kegiatan nonton barengnya tidak jadi.

Begitulah kekurangan kemah kali ini, maklum, mungkin karena ini yang pertama kali JSIT mengadakan kemah ukhuwah seperti ini. Ada beberapa kegiatan yang pelaksanaannya tidak maksimal, mungkin karena faktor cuaca seperti tadi acara nonton bareng, atau karena penyusunan waktu yang kurang efektif, seperti saat acara penjelajahan, lagi asyik-asyiknya berpetualang, tahu-tahunya disuruh pulang, kembali kebumi perkemahan. Sebabnya, Gus Ipul, begitu dia biasa dipanggil, adalah seorang wakil gubernur Jawa Timur, akan datang.

Namun, itu semua tidak dapat menjadi alasan untuk berkata bahwa kemah ini kurang seru. Disitu, kami bertemu sekolah-sekolah dengan siswa-siswinya yang hebat dan beragam sifat. Panitia yang tidak kalah hebat dan kuat. Apalagi ketika acara Pentas Seni dimalam pertama. Banyak sekolah yang menampilkan kreasinya. Mulai dari drama, teatrikal puisi, yel-yel, sampai nasyid. Pembawa acaranya pun seorang anak seumuran kami, yang sudah berpengalaman dibidang seni.

Hari terakhir, Sabtu, 31 Desember, kelompokku memulai hari dengan sarapan nasi goreng. Menu ini adalah menu andalan kelompok kami. Karena, biasanya, ketika menanak nasi, hasilnya masih kurang matang. Kamipun menggoreng nasi tersebut. Tapi kali ini beda. Rasanya sangat enak, hampir persis dengan nasi goreng di foodcourt City of Tomorrow. Padahal, katika kami memasak, kami sembarang memasukkan bumbu, seperti kecap, saos, garam, dan sedikit masako. Semuanya asal dimasukkan tanpa diukur. Kadang rasanya asin sekali, kadang kebanyakan masako, kadang juga warnanya merah sekali karena kandungan saos diatas rata-rata. Ketika rasanya seenak ini, aku terheran-heran, apa aku saja yang buta dalam merasakan makanan. Untuk mengetesnya, aku memanggil temanku dari kelompok lain yang saat itu lewat tenda kami untuk pergi mandi. Aku menyuruhnya mencoba nasi goreng ini, hasilnya positif, dia bilang “enak”.

Setelah sarapan, kami pergi kelapangan utama untuk mengikuti kegiatan-kegiatan disana. Hari itu, banyak lomba yang diadakan. Lomba melukis, mengolah barang bekas, fotografi, sampai lomba memasak. Ditengah sibuknya berlomba, tiba-tiba orang tuaku datang. Ternyata hanya mengantarkan beberapa jajan, tentu akan kumakan bersama anggota kelompokku.

Semua lomba sudah selesai, acara selanjutnya adalah upacara penutupan. Hari ini cuacanya panas terik. Meski begitu, upacara berlangsung khidmat. Lagi-lagi aku terpesona kepada petugas upacara yang tidak lain adalah teman sekelas dan kakakkelasku sendiri.

Sehabis upacara, ini dia yang ditunggu-tunggu, pengumuman pemenang-pemenang lomba dan juara umumnya. Nama Smpit Darul-Fikri sering sekali disebutkan. Satu persatu temanku maju kedepan untuk mengambil tropi. Hingga sampai pada titik terakhir. “Dan juara umumnya adalah…………SMPIT DARUL FIKRI !!!” begitu kata panitia.

Kami yang tadinya duduk langsung berdiri, dan ada salahsatu temanku mengibarkan panji bergambar logo Darul Fikri. Kami, Smpit Darul Fikri, menjadi juara umumnya. Luar biasa. Ketua OSIS kami, kakak kelasku, mengambil tropi juara umumnya. Tropi itu menjulang paling tinggi daripada tropi disekitarnya yang sudah habis diborong para murid-murid berprestasi. Setelah itu, kami foto bersama, difoto oleh fotografer yang kami tidak tahu dari mana sambil mengangkat tropi juara umum. Selain itu, ada beberapa temanku yang diwawancarai, masuk tv.

Alhamdulillah……..

Kami sudah sampai dipenghujung acara kemah, kamipun beres-beres tenda dan barang-barang kami kemasi. Ketika truk TNI AL datang, barang-barang kami masukkan terlebih dahulu, baru manusia-manusianya yang masuk.

Karena badan capek semuanya, suasana ditruk tidak seperti saat berangkat, hampir semuanya tertidur khusyuk. Baru saja kami melakukan kegiatan melelahkan, tapi itu tidak sia-sia, kami pulang dengan suka cita karena telah mengharumkan nama Darul Fikri ini dimuka Jawa Timur. Luar biasa………